Minggu, 19 Juli 2009

Spiker terbaik Harijogi cup 2009


Dani adalah spiker terbaik di turnamen Harijogi Cup 2009. Smash tajam dan jumping smash yang dipertontonkan Dani, sangat memukau semua penonton yang memadati arena pertandingan tersebut. Tapi siapa sangka, pemain jangkung ini masih berusia dibawah 24 tahun ini, terpilih sebagai pemain terbaik di turnamen tersebut, sehingga menambah catatan emas deretan prestasi pemain terbaik yang pernah ditorehkan Club Pacific di berbagai turnamen. Selamat buat Dani!!!

Setelah Tiga Tahun

Akhirnya pacific menutup turnamen Harijogi Cup ke III dengan kenangan manis, menjadi juara pertama. Dalam pertandingan empat set melawan runner up Harijogi Cup II, Favorit, pertandingan berjalan alot dan cukup seru. Maklumlah, karena lapangan Nurul Iman, juga merupakan home base bagi para pemain Favorit. Namun disayangkan, bahwa team Favorit lebih mengandalkan pemain luar, mendatangkan dari Ciamis dan tasik untuk mendulang kemenangan.
Set pertama, menjadi milik favorit dengan gilang gemilang. Namun di set kedua, pemain pacific mulai menunjukkan kegaharannya, setelah sempat melakukan banyak blunder di set pertama. Para penonton tampaknya lebih banyak memberikan dukungan kepada pacific, mungkin karena materi favorit yang sangat tidak mewakili warga sekitar. Ketiga set terus menjadi milik pacific, terutama setelah di set keempat, pemain no 6 Favorit menyentuh net, yang akhirnya memberikan poin kemenangan untuk pacific.

Yang patut dicatat, libero favorit, di final Harijogi Cup tahun 2009 ini mengalami bulan-bulanan. Kostum merahnya beberapa kali harus bergesekan keras dengan kasarnya lapangan. Bahkan dalam satu kesempatan, menyeruduk kursi plastik milik hakim garis di pojok kiri belakang, karena saking semangatnya mengejar bola. Dede, pemain dengan nomor 1 ini, ternyata juga ikutan panas, sehingga melontarkan smash tajam dan mendarat tepat di muka pemain No. 7 dari team favorite. Belum lagi beberapa smash dari pemain Pacific yang lain yang mendarat dengan telak di kaki, ataupun di bagian badan yang lain, masih dari pemain No . 7 ini. Mungkin karena memakai kostum warna merah kali ya, sehingga pemain pacific jadi seperti tertantang 

Kemenangan di tahun 2009 ini tampaknya menjadi sebuah kado indah bagi Pak Agus Susilo, Manajer team Pacific. Kenapa, karena kemenangan ini menjadi kado ulang tahun pak Agus pada tanggal 26 Juli. Kemenangan ini juga merupakan klimaks, setelah di Harijogi 1, pacific cuma mendapat ganjaran Runner Up, dan di Harijogi 2, malah tersingkir di delapan besar. Di Harijogi 3 ini, Pacific bermain dengan hambatan luar biasa dari berbagai team volley elit di Bekasi. Sebut saja gavolta, yang mengantarkan Pacific menjadi juara pool. Kemudian patut disebut juga team Pasiwara B, juara Harijogi 2, yang mengantarkan Pacific menuju final melawan Favorit pada 18 Juli 2009 malam, setelah melalui permainan seru dengan 5 set. Di malam minggu itu, para penonton di aren jaya disuguhi dengan permainan cantik dari kedua team, dan penuh ketegangan, yang diakhiri dengan kemenangan Pacific.

Bravo Pacific.

Kempes satu kempes semua

Nampaknya ”sabotase” juga belum berhenti di lampu lapangan. Ketika pertandingan berlangsung, para pemain mengembalikan lagi bola yang akan diserve. Ternyata setelah diusut, situasi ini berakar dari tingkat kekerasan bola volly yang sedang digunakan. Dari empat bola yang dipakai dalam pertandingan final, ada tiga bola yang berada dalam status, mendekati kempes. Kontan beberapa panitia kasak-kusuk lagi di bagian belakang, dan ada seorang panitia yang tiba-tiba menghilang dari kerumunan. Lima belas menit kemudian, beliaunya nampak kembali ke kerumunan, dengan membawa.....sebuah pompa. Kemudian, sebuah tontonan berkeringat pun terhadir di samping lapangan yang sedang berlangsung pertandingan seru antara Pacific melawan Favorit, proses pemompaan tiga bola volly, berlangsung dibawah dengus nafas (hehe, khan memompa juga memakai tenaga, dan otomatis membuat nafas menjadi lebih cepat, ya khan?).

“Sabotase” jelang Final Harijogi Cup III

Ini benar terjadi adanya, ketika dua team yang sudah siap berlaga di babak final, Pacific dan Favorite, hendak melakukan serve pertamanya, mendadak lampu di sebelah kiri tribun panitia, mati. Walhasil kepanikan pun langsung melanda panitia, apalagi ketika penonton mulai melontarkan ungkapan ketidaksabaran. Lampu pun tidak dapat langsung menyala, karena tipikal lampu jenis lapangan ini adalah tidak mau menyala dalam kondisi panas. “lampu ini baru pertama kali mati lho” tutur salah seorang panitia kepada penulis.
Beberapa penonton yang tidak mau disebut namanya memberikan informasi, bahwa ini merupakan ketidaksengajaan, karena saking banyaknya penonton yang berjubel di areal laga volly Nurul Iman, ada penonton yang tidak sengaja menyenggol salah satu kabel yang tampak mencuat dari bagian bawah tiang lampu tersebut.
Para pemain pacific dan favorit, memanfaatkan suasana setengah gelap ini, dengan melakukan pemanasan. Walhasil, lampu pun baru bisa menyala, setelah lebih kurang 15 menit kemudian. “Sabotase” ini akhirnya ditutup dengan alunan peluit panjang tanda pertandingan akan segera dimulai.

Dari kebon pisang ke Sport Center


Pada mulanya, tempat penyelenggaraan Harijogi Cup adalah sebuah lahan kosong yang dimanfaatkan sebagai lapangan volley di tengahnya. Tahun pertama dan kedua penyelenggaraan Harijogi Cup, tempat laga berbagai klub bergengsi di seputaran Bekasi ini masih berada di tengah kebon pisang. Awalnya, orang mengnaggap petandingan adalah di Aren Jaya saja. Baru pada penyelenggaraan tahun ketiga inilah, lokasi laga sudah berbenah sangat cantik, dimana seluruh keliling lapangan sudah berlapis plester semen dan jaring melindungi setiap sisinya, dan berganti nama menjadi Nurul Iman Sport Center.

Lokasi ini, kiranya layak menjadi panutan bagi penyelenggara turnamen volley di tempat yang lain, agar pertandingan terasa nyaman, baik bagi penonton maupun bagi pemain. Usut punya usut, selentingan kabar menyebutkan, ketika penyelenggaraan di 2 tahun pertama, status tanah masih merupakan milik orang. Jelang perhelatan Harijogi Cup III, lokasi tersebut akan dilego menjadi kontrakan. Mendengar hal yang demikian, H hariogi langsung memberikan penawaran untuk membeli lokasi tanah tersebut, dan langsung menyulapnya menjadi venue volley ball yang representative.